Pada tanggal 1 sampai dengan 3 November 2016 silam, komunitas Waste Bank for Education Project atau biasa disingkat dengan WABE Project diundang untuk mengikuti acara Indonesia Marine Plastics Debris Summit. Acara ini diselenggarakan oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Republik Indonesia bekerja sama dengan World Bank Group dan DANIDA Denmark. Konferensi yang diselenggarakan di Hotel Pullman, Jakarta Pusat tersebut dihadiri oleh wakil dari berbagi unsur, di antararanya merupakan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, wakil dari beberapa Negara sahabat, pejabat daerah, peneliti dan akademisi, praktisi, beberapa perusahaan pengolahan sampah serta organisasi dan komunitas masyarakat penggiat penanganan sampah.
Komunitas WABE Project mengirim empat delegasi yang bertugas untuk mengikuti expo dan konferensi selama dua hari. Mereka adalah Apriyani Ekowati, Puteri Shafira Nasution, Rakhmad Andhika Dwinandra, dan Utami Eulis. Setiap delegasi bergantian mengikuti sesi konferensi dan expo. Hari Selasa tanggal 1 November merupakan kunjungan lapangan ke pantai dan pesisir laut di daerah Jakarta yang tercemar oleh limbah. Peserta field trip ini diikuti oleh pejabat setempat, akademisi, dan peneliti guna mengetahui masalah dan kondisi terkini yang sedang dihadapi. Sedangkan konferensi dan expo dilaksanakan pada dua hari berikutnya, yaitu pada 2 dan 3 November.
Konferensi hari pertama dibuka oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Republik Indonesia, Bapak Luhut Binsar Pandjaitan yang dipandu oleh Bapak Khamdan Alkafie sebagai pembawa acara. Bapak Luhut berpidato mengenai tantangan Indonesia dalam menangani masalah limbah plastik di laut. Dalam pidatonya, beliau menyampaikan bahwa manusia telah banyak terlibat dalam kehancuran habitat laut. Hal ini menyebabkan sebanyak 20% terumbu karang di dunia hancur dan 24% lainnya berada di ujung kepunahan. Tidak hanya itu, sebagian besar kondisi air laut di dunia telah mengalami ocean acidification. Ocean acidification merupakan peristiwa berkurangnya kadar pH air laut dalam periode waktu yang lama yang disebabkan oleh jumlah karbon dioksida (CO2) yang berlebihan di atmosfer. Berlebihnya kadar karbon dioksida di atmosfer kadang tidak dirasakan selain bertambahnya polusi udara. Ternyata ada bahaya serta dampak yang signifikan juga yang sempat tidak terpikirkan, karena dampak tersebut terjadi di dalam air. Para peneliti menemukan bahwa setidaknya seperempat dari karbon dioksida yang dikeluarkan oleh pembakaran batu bara, minyak dan gas tidak tinggal di atmosfer, melainkan larut ke laut. Sejak awal era industri, air laut telah menyerap sebanyak 525 miliar ton CO2 dari atmosfer. Jika dikalkulasikan per hari, sekitar 22 juta ton karbon dioksida larut dalam air laut. Hal ini menyebabkan pencemaran air laut, sehingga habitat dan makhluk hidup laut terancam punah.
Selain polusi udara, Bapak Luhut mengatakan bahwa sampah juga merupakan elemen yang berdampak besar pada pencemaran laut. Masalah sampah plastik menjadi isu serius, karena 80% sampah darat larut ke laut. Ini belum dihitung dari sampah – sampah yang berasal dari pesisir pantai. Beliau pun mengajak semua elemen masyarakat seperti NGO dan para aktivis lingkungan untuk bersama – sama bekerja dan mendidik warga untuk menyelesaikan masalah ini. Masyarakat harus menyadari sumber daya alam yang dimiliki Indonesia begitu banyak. Namun harus ada upaya untuk mengelola, melestarikan, dan melindungi sumber daya tersebut dari kehancuran. Indonesia memiliki potensi sebagai negara maritim yang kuat di kancah internasional. Maka dari itu, tidak hanya pemerintah, tetapi juga semua pihak wajib berupaya untuk menjaga lingkungannya dari sampah. Bapak Luhut menutup pidato dengan menyerukan: No Ocean No Life, No Ocean No Us!
Setelah acara dibuka, ada empat sesi konferensi yang diselenggarakan pada hari itu. Sesi pertama dibuka dengan penyampaian topik mengenai High Level Panel: Impacts and Implications of Marine Plastics Debris in Indonesia yang disampaikan oleh Bapak H. Moh. Ramdhan Pomanto (Walikota Makassar), Bapak Dodi Krispratmadi (Mewakili Kementerian Pekerjaan Umum), Bapak Riyanto Basuki (Mewakili Kementerian Kelautan dan Perikanan), Ibu Oneng Setiaharini (Mewakili Kementerian Pariwisata) dan Bapak Heru Waluyo (Mewakili Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan). Sesi kedua mengenai International Experience Managing Marine Plastics Debris dan sesi ketiga mengenai Deep Dive on Marine Plastics Debris Solutions umumnya diisi oleh perwakilan World Bank serta peneliti, akademisi, dan lembaga luar negeri, seperti Danish Environmental Protection Agency, Waste to Worth Innovations, Ocean Conservancy, akademisi dari Universitas Georgia Amerika Serikat, dan Ocean Recovery Alliance.
Selain mengikuti konferensi, delegasi WABE Project juga berpatisipasi dalam expo. Expo ini diikuti oleh perusahaan pengolahan sampah serta organisasi dan komunitas masyarakat penggiat penanganan sampah, diantaranya:
- ASEAN Reusable Bag Campaign
- Komunitas Peduli Ciliwung (KPC)
- Greenaration Foundation
- Center of Waste Management Indonesia
- Tanaman Untuk Kehidupan (TUK)
- Yayasan Unilever
- Danone (Aqua)
- AVANI Eco Wear
- Acritas Energy Indonesia
- Bye Bye Plastic Bags
- The Green Foundation, Makassar
Dalam mengikuti expo, delegasi WABE Project bertugas untuk mengenalkan WABE Project kepada komunitas dan peserta konferensi serta menjelaskan informasi lainnya terkait kegiatan yang dilakukan oleh komunitas ini. Tidak hanya itu, kami juga memamerkan hasil produk kerajinan tangan WABE Project yang telah diolah dari sampah, seperti tas plastik dari bungkus minyak goreng, dompet yang dijahit dari karton susu, pin cushion yang terbuat dari tutup botol, bunga – bunga dari sisa kain perca, dan masih banyak lagi. Perusahaan dan komunitas lain juga memamerkan karya – karya yang dihasilkan dari daur ulang sampah. Salah satu perusahaan, yaitu Yayasan Unilever membuat produk – produk unik yang berasal dari kemasan produk yang berlebih maupun kemasan lama yang tidak dipakai lagi dikarenakan ada kemasan baru. Produk – produk tersebut diantaranya adalah payung, binder, tas laptop, tote bag, dan ransel. Masing – masing perusahaan dan komunitas memiliki karya yang kreatif, unik, dan bermanfaat yang dihasilkan dari daur ulang sampah.
Acara hari kedua diadakan tiga sesi konferensi serta lima sesi focus group discussion (FGD) dengan topik yang berbeda yang dapat dipilih oleh peserta. Sesi FGD ini diadakan di lima ruangan terpisah. Lima sesi FGD tersebut diantaranya:
Shipping, Ports and Environmental Pollution Technical SessionDiskusi mengenai pengalaman tingkat nasional dan internasional mengenai dampak dari pengiriman barang dan kebocoran limbah plastik pelabuhan ke lingkungan pesisir dan laut serta metode dan teknologi apa yang tepat untuk menanggulangi masalah tersebut.
Community Action RoundtableDiskusi pada upaya masyarakat setempat yang berlangsung di Indonesia untuk mengatasi sampah plastik dan limbah di laut.
Fisheries and Seafood Industry Technical SessionDiskusi terkait dampak biologis dan lingkungan dari plastik dan puing-puing plastik pada spesies akuakultur dan lingkungan pesisir dan laut.
Tourism Roundtable SessionDiskusi tentang dampak ekonomi dari puing-puing plastik pada industri pariwisata.
Debris Disposal SolutionPembahasan mengenai metode pembuangan sampah plastik laut dan solusi terkait teknologi yang dapat difungsikan dari sampah ke energi.
Banyak manfaat yang kami peroleh dalam menjadi peserta pada acara Indonesia Marine Plastics Debris Summit. Kami mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan pengalaman yang luar biasa dari mengikuti sesi konferensi, focus group discussion, dan expo. Hal ini juga menyadarkan kami untuk terus menjaga dan melestarikan lingkungan dimulai dari hal – hal terkecil, misalnya dengan tidak membuang sampah sembarangan, memisahkan sampah sesuai dengan kategorinya, membawa tas belanja sendiri, mengurangi pemakaian plastik, mendidik masyarakat di lingkungan terdekat terkait bahaya sampah, dan terus membuat kerajinan tangan dari bahan – bahan bekas.
Pembukaan Acara Indonesia Marine Plastics Debris Summit oleh Bapak
Luhut Binsar Pandjaitan selaku Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman RI
Penyampaian pidato dengan materi The Circular Economy oleh Mr. Casper Klynge selaku perwakilan dari Kedutaan Besar Denmark
Puteri dan Dhika mengikuti konferensi sesi pertama
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman RI menjawab pertanyaan para
wartawan usai membuka konferensi Indonesia Marine Plastics Debris Summit
Kak Tami (Utami Eulis) selaku pendiri WABE Project sedang menjaga meja Expo WABE Project di hari pertama konferensi
Delegasi WABE Project bersama Ibu Hevarita Gunaryanti (Wakil Walikota
Semarang) dan rekannya yang membeli beberapa hasil kerajinan tangan
yang diproduksi oleh relawan WABE Project
Beberapa produk dengan menggunakan bahan daur ulang yang diproduksi oleh Avani Eco Wear
Produk - produk daur ulang seperti tote bag dan binder 6 ring yang diproduksi oleh Yayasan Unilever
Karya seni dan produk kerajinan tangan yang dibuat dari hasil daur ulang sampah
Tim WABE Project hari kedua, yaitu Rizal, Apriyani, Andhika (dan Puteri selaku tukang foto :p)
Konferensi hari kedua di sesi kelima yang disampaikan oleh Mr. Frank Van Woerden selaku perwakilan dari World Bank
Suasana sesi Focus Group Discussion (FGD) dengan topik Community Action Roundtable
Ketika peserta lain sibuk makan saat coffee break, kita lebih memilih untuk foto-foto XD *udah kenyang soalnya* hahaha
Acara Indonesia Marine Plastics Debris Summit selesai.
Acara ditutup dengan foto bersama seluruh peserta konferensi *fotonya kepotong XD* Can you spot Puteri and Apriyani? hehehe
Acara ditutup dengan foto bersama seluruh peserta konferensi *fotonya kepotong XD* Can you spot Puteri and Apriyani? hehehe
It was truly an amazing experience :)
Sangat bermanfaat
BalasHapus